ADE MULYADI, - (2018) Hukum Membayar Mut'ah Kepada Istri Yang Telah Ditalak" Studi Komparatif Pendapat Imam al-Jasos dan Imam Ibnu Abdil Barr. Skripsi thesis, UIN Imam Bonjol Padang.
Text (COVER, PENGESAHAN DAN ABSTRAK)
COVER, PENGESAHAN DAN ABTRAK.pdf - Published Version Download (1MB) |
|
Text (BAB I)
BAB I.pdf - Published Version Download (908kB) |
|
Text (BAB II)
BAB II.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (922kB) |
|
Text (BAB III)
BAB III.pdf - Published Version Download (919kB) |
|
Text (BAB IV)
BAB IV.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (936kB) |
|
Text (BABV)
BAB V.pdf - Published Version Download (312kB) |
|
Text (DAFTAR PUSTAKA)
DAFTAR KEPUSTAKAAN.pdf - Published Version Download (685kB) |
|
Text (FILE GABUNGAN)
FILE GABUNGAN.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (1MB) |
Abstract
Skripsi ini berjudul “ Hukum Membayar Mut’ah Kepada Istri yang Telah Ditalak” Studi Komparatif Pendapat Imam al-Jasos dan Imam Ibnu Abdil Bar”, ditulis oleh Ade Mulyadi, Bp. 1413020667 pada Jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perbedaan pendapat antara Mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki tentang hukum membayar mut’ah kepada istri yang telah ditalak. Mazhab Hanafi berpendapat suami yang menceraikan istrinya qobla al-dukhul dan belum ditentukan maharnya saat akad, maka suami wajib memberikan mut’ah kepada istrinya. Sedangkan Mazhab Maliki berpendapat memberikan mut’ah kepada istri yang telah ditalak hukumnya hanya sunnah karena dianggab suatu perbuatan yang disenangi atau disukai saja. Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah penelitian yang diajukan adalah mengapa Mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki berbeda pendapat menganai hukum memberikan mut’ah kepada istri yang telah ditalak. Adapun pertanyaan penelitian yang diajukan ada 2. Pertama, kenapa terjadi perbedaan pendapat antara Mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki tentang hukum memberkan mut’ah kepada istri yang telah ditalak. Kedua, bagaimana metode istinbath hukum Mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki terhadap mut’ah bagi wanita yang ditalak. Untuk menjawab masalah ini, penulis melakukan penelitian kepustakaan (library research), yaitu menelaah dan mengkaji kitab-kitab Mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki dan buku-buku yang ada kaitannya dalam pembahasan ini. Setelah data-data tersebut terkumpul, kemudian menganalisis dengan menggunakan studi komparatif yaitu memperbandingkan antara Mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki. Berdasarkan hasil penelitian ini, faktor penyebab perbedaan pendapat antara Mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki tentang hukum membayar mut’ah kepada istri yang telah ditalak, yaitu berbeda dalam memahami ayat dan berbeda dalam menggunakan ayat. Menurut Mazhab Hanafi hukum memberikan mut’ah kepada mantan istri adalah wajib. Sedangkan pendapat Mazhab Maliki memberikan mut’ah kepada istri yang telah ditalak hukumnya sunnah. Didalam kitab al-Kafi Fi Fiqh al- Madinah dijelaskan bahwa memberikan mut’ah kepada istri yang ditalak hanya disunnahkan saja, karena hanya di anggab suatu perbuatan yang disenangi dan di sukai saja. Didalam kitab ini jsuga dijelaskan, setiap wanita yang diceraikan mandapatkan mut’ah kecuali tiga istri, pertama, istri yang sudah dili’a, kedua, istri yang sudah di khulu’, ketiga, istri yang sudah disentuh atau digauli.
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Subjects: | K Law > K Law (General) |
Divisions: | Fakultas Syariah > Perbandingan Mazhab |
Depositing User: | Users 20 not found. |
Date Deposited: | 29 Aug 2019 03:14 |
Last Modified: | 29 Aug 2019 03:14 |
URI: | http://repository.uinib.ac.id/id/eprint/3111 |
Actions (login required)
View Item |