ABDUL HALIM, - (2018) Berhias Bagi Wanita Karir Yang Kematian Suami Dalam Masa Iddah (Analisis Pendapat Imam Syafi. Skripsi thesis, UIN Imam Bonjol Padang.
Text (COVER, PENGESAHAN DAN ABSTRAK)
Cover, engesahan dan Abstrak.pdf - Published Version Download (1MB) |
|
Text (BAB I)
BAB I.pdf - Published Version Download (981kB) |
|
Text (BAB II)
BAB II.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (1MB) |
|
Text (BAB III)
BAB III.pdf - Published Version Download (615kB) |
|
Text (BAB IV)
BAB IV.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (810kB) |
|
Text (BAB V)
BAB V.pdf - Published Version Download (506kB) |
|
Text (DAFTAR PUSTAKA)
DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version Download (545kB) |
|
Text (FILE GABUNGAN)
GABUNGAN.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (9MB) |
Abstract
Skripsi ini berjudul “Berhias bagi Wanita Karir yang Kematian Suami dalam Masa Iddah (Analisis Pendapat Imam al-Syafi’i) ” disusun oleh Abdul Halim NIM : 312195. Adapun maksud dari judul skripsi ini adalah menganalisa secara mendalam tentang hukum berhias bagi wanita karir yang kematian suami dalam masa iddah menurut pendapat Imam al-Syafi’i. Alasan penulis memilih pendapat Imam al-Syafi’i untuk dikaji adalah, pertama, dari segi pemikiran, Imam al-Syafi’i lebih moderat maksudnya beliau memilih jalan tengah dalam berpendapat, ia tidak condong berpendapat menggunakan hadis saja dan juga tidak dengan ra’yi saja, tetapi ia memakai keduanya. Kedua, dalam menetapkan hukum, Imam al-Syafi’i lebih ihtiyath atau lebih hati-hati dari padaImam-imam Mujtahid yang lain. Sebagai contoh pendapatnya tentang menyentuh perempuan yang bukan muhrim dapat membatalkan wudhu’. Ia berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “meneyentuh” itu adalah bersentuhan kulit seperti biasa saja seperti bersalaman antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim. Sementara Imam Mujtahid yang lain berpendapat tentang “menyentuh” dengan makna watha’.Adapun yang melatarbelakangi penulis menulis judul skripsi ini adalah pendapat Imam al- Syafi’i tentang wanita yang kematian suami dalam masa iddahnya, dilarang untuk berhias. Pendapat ini ia dasarkan kepada sebuah hadis yang ia riwayatkan sendiri dari Malik dari Nafi’, dari Shafiyah binti Abi Ubaid, dari ‘Aisyah dan Hafshah, atau ‘Aisyah atau Hafshah. Hadis tersebut berbicara tentang iddah wanita yang kematian suami dan larangan berhias bagi wanita tersebut selama masa iddahnya. Adapun yang menjadi rumusan masalah yang penulis bahas dalam skripsi ini adalah apa hukum berhias bagi wanita karir yang kematian suami dalam masa iddah?Pertanyaan penelitian dalam skripsi ini adalah apa hukum berihdad dalam masa iddah kematian suami? dan apa hukum wanita karir berhias dalam masa iddah kematian suami bila ditinjau dari pendapat Imam al-Syafi’i? Penulis dalam membahas skripsi ini menggunakan metode penelitian pustaka (library research) membaca, mencatat, meneliti, menganalisa hukum-hukum dan karangan ilmiyah yang terkait dengan pokok pembahasan yang dibahas, sumber data dalam penulisan ini ialah sumber primer: kitab fiqh Imam al-Syafi’I seperti kitab al-Umm dan kitab ushul fiqh seperti al-Risalah, dan sumber sekunder: kitab atau buku yang relevan dengan topik pembahasan penulis. Adapun kesimpulan dari penulisan skripsi ini adalah, Pertama, para ulama bersepakat tentang hukum berihdad bagi wanita yang kematian suami adalah wajib, dengan masa ihdad selama empat bulan sepuluh hari. Kedua, Imam al-Syafi’i berpendapat, berhias bagi wanita karir yang kematian suami adalah dilarang, hal ini dipahami dari keumuman pendapatnya
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Subjects: | K Law > K Law (General) |
Divisions: | Fakultas Syari`ah > Hukum Keluarga Islam |
Depositing User: | Hukum Keluarga (Al-Ahwal Asy-Syakhsiyah) |
Date Deposited: | 27 Aug 2019 06:32 |
Last Modified: | 27 Aug 2019 06:32 |
URI: | http://repository.uinib.ac.id/id/eprint/3057 |
Actions (login required)
View Item |