Pendidikan Akhlak menurut Hamka dan Relevansinya dengan Pendidikan Karakter di Indonesia

Mas'ud, Yulius (2017) Pendidikan Akhlak menurut Hamka dan Relevansinya dengan Pendidikan Karakter di Indonesia. Doctoral thesis, UIN Imam Bonjol Padang.

[img]
Preview
Text (COVER, PERSETUJUAN PEMBIMBING, ABSTRAK)
cover, persetujuan, abtrak.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview
[img]
Preview
Text (BAB I)
BAB I.pdf - Published Version

Download (1MB) | Preview
[img] Text (BAB II)
BAB II.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (2MB) | Request a copy
[img] Text (BAB III)
BAB III.pdf - Published Version

Download (1MB)
[img] Text (BAB IV)
BAB IV.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (1MB) | Request a copy
[img]
Preview
Text (BAB V)
BAB V.pdf - Published Version

Download (3MB) | Preview
[img]
Preview
Text (BAB VI)
BAB VI.pdf - Published Version

Download (1MB) | Preview
[img]
Preview
Text (DAFTAR PUSTAKA)
Daftar Pustaka.pdf - Published Version

Download (1MB) | Preview
[img] Text (GABUNGAN DISERTASI)
Gabungan Disertasi.pdf - Published Version

Download (6MB)

Abstract

ABSTRAK Yulius Mas’ud, NIM 088305011, “Pendidikan Akhlak menurut Hamka dan Relevansinya dengan Pendidikan Karakter di Indonesia”, Disertasi Program Studi Pendidikan Islam, Program Pascasarjana UIN Imam Bonjol Padang, 2017, 325 halaman. Permasalahan dalam penelitian ini ialah bahwa dewasa ini bangsa Indonesia sedang berusaha menemukan formulasi yang tepat tentang pendidikan karakter, sementara itu Hamka – dalam banyak tulisannya – selalu menekankan bahwa pendidikan Islam bukan hanya sekedar pengembangan nalar peserta didik, tetapi juga diarahkan bagi pembentukan al-akhlaq al-karimah dan akal budi. Karena itu, menarik dicermati bagaimana konsep Hamka tentang pendidikan akhlak dan sejauhmana pula relevansinya dengan pendidikan karakter di Indonesia. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah: (1) menemukan berbagai hal yang melatarbelakangi terbentuknya pemikiran Hamka tentang pendidikan akhlak; (2) mengungkapkan pemikiran Hamka tentang pendidikan akhlak; dan (3) menemukan relevansi pendidikan akhlak Hamka dengan pendidikan karakter di Indonesia. Penelitian ini merupakan studi tokoh, yang sumber datanya berupa buku-buku, jurnal dan majalah. Adapun metode yang digunakan ialah kualitatif dengan pendekatan sejarah, sosio-kultural-religius, kritis-filosofis dan komparatif. Sementara itu, teknik pengolahan dan analisis data dilakukan melalui analisis domain, taksonomi dan tema kultural. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemikiran Hamka tentang pendidikan akhlak sebagai berikut: 1. Komponen pendidikan a. Tujuan pendidikan Pendidikan harus diarahkan untuk membentuk watak pribadi. Pembentukan watak tersebut bukan mengacu kepada filsafat karena yang demikian tidaklah membawa kepuasan batin tetapi membuat tujuan hidup menjadi samar dan nilai-nilai rohani menjadi hampa, tapi harus berdasar iman kepada Allah SWT. b. Guru Guru harus berperan ganda bagi murid; menjadi ayah dan sahabat untuk curhat dan tempat mengadu ketika galau. Karena itu, guru harus memperluas pengalaman dan bacaan. Dia harus mengikuti perkembangan zaman dan kemajuan modern dan memiliki pergaulan yang luas. Dia harus mempunyai hubungan yang dekat dengan orang tua dan golongan muda. c. Peserta didik Peserta didik harus memandang bahwa teman sekelasnya itu sebagai saudara, karena semua terikat dalam tali kasih sayang yang terbuhul lantaran berkhidmat kepada ilmu. Persaudaraan ini lebih tinggi nilainya daripada persaudaraan setali perut. 2. Nilai-nilai pendidikan akhlak a. Kebudayaan Islam adalah kebudayaan takwa. Di dalam takwa terkandung cinta, kasih, harap, cemas, tawakkal, ridha dan sabar. Tugas pokok guru adalah menanamkan dan menyebarkan rasa cinta kepada Allah SWT di dalam hati peserta didik. Apabila cinta telah mendalam, tidak ada lagi kehendak Allah SWT yang terasa berat untuk dipikul. Sementara itu, apabila cinta telah berpadu, maka antara yang mencintai dan yang dicintai samalah kesukaannya dan sama pula yang tidak disukainya. b. Sifat ‘iffah dan syaja’ah merupakan dua butir ajaran akhlak yang penting. Dengan ‘iffah, seseorang akan dapat mengendalikan diri dan terhindar dari perbuatan tercela. Begitu pula, dengan syaja’ah akan tercipta dinamika masyarakat. Rahasia kemajuan Barat adalah keberanian orang-orang terkemuka menyatakan pikiran dan pendapatnya. 3. Relevansi pemikiran akhlak Hamka dengan pendidikan karakter di Indonesia a. Relevansi prinsip-prinsip dalam mewujudkan pendidikan Terkait dengan tiga komponen pendidikan karakter (moral knowing, moral feeling dan moral action) maka Hamka menekankan bahwa sekolah berasrama (boarding school) sebagai lembaga ideal bagi pendidikan yang tidak hanya mengisi otak peserta didik dengan pengetahuan tapi juga melatih budi pekertinya. b. Relevansi dalam pengembangan nilai-nilai Menurut Hamka, kewajiban utama manusia kepada Allah SWT ialah memuliakannya dengan cara tunduk dan patuh menurut undang-undang ilmu kesopanan dan tidak menolak kebajikan karena kebajikan itu adalah perbuatan Allah. Ini sejalan dengan nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan Tuhan, yaitu mengupayakan pikiran, perkataan dan tindakan agar sejalan dengan nilai-nilai ketuhanan atau ajaran agama.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Subjects: L Education > LB Theory and practice of education > LB2300 Higher Education
Divisions: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan > Pendidikan Agama Islam
Depositing User: Users 46 not found.
Date Deposited: 07 May 2018 06:44
Last Modified: 04 Dec 2018 04:51
URI: http://repository.uinib.ac.id/id/eprint/712

Actions (login required)

View Item View Item