Tradisi Mamakiah di Pondok Pesantren Madinatul 'Ilmi Nurul Ikhlas di Lubuak Aro, Tandikek, Kab. Padang Pariaman

YULISA FITRI ANDA, - (2018) Tradisi Mamakiah di Pondok Pesantren Madinatul 'Ilmi Nurul Ikhlas di Lubuak Aro, Tandikek, Kab. Padang Pariaman. Skripsi thesis, UIN Imam Bonjol Padang.

[img] Text (COVER, PERSETUJUAN DAN ABSTRAK)
COVER SKRIPSI.pdf - Published Version

Download (98kB)
[img] Text (BAB I)
BAB I.pdf - Published Version

Download (391kB)
[img] Text (BAB II)
BAB II.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (243kB)
[img] Text (BAB III)
BAB III.pdf - Published Version

Download (390kB)
[img] Text (BAB IV)
BAB IV.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (95kB)
[img] Text (DAFTAR PUSTAKA)
DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (277kB)
[img] Text (FILE GABUNGAN)
FILE GABUNGAN.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (7MB)

Abstract

Skripsi ini membahas tentang latar belakang munculnya tradisi mamakiah di Pondok Pesantren Madinatul ‘Ilmi Nurul Ikhlas, dan perkembangan tradisi mamakiah di Pondok Pesantren Madinatul ‘Ilmi Nurul Ikhlas. Dalam melakukan penelitian ini, penulis melakukan metode penelitian sejarah, maka tahap-tahap yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah pertama mengumpulkan sumber, kedua menguji sumber melalui kritik sumber, ketiga melakukan sintesis, dan akhirnya melakukan penulisan. Hasil penelitian menunjukan bahwa mamakiah adalah satu kegiatan yang sering dilakukan para santri yang ada di Pondok Pesantren Madinatul ‘Ilmi Nurul Ikhlas di Lubuak Aro, kebiasaan ini mereka lakukan setiap hari Kamis dan Jum’at dengan berkeliling kampung mengunjungi rumah-rumah penduduk disekitar pesantren ataupun di luar lingkungan pesantren, dengan membawa peralatan seperti buntia atau karung beras untuk meletekkan beras atau bahan pokok lainnya yang diberikan masyarakat. Mamakiah bukan hanya sekedar kegiatan memintaminta tapi dengan alasan membangun kepercayaan yang ada pada diri masingmasing santri. Sampai saat ini, tradisi mamakiah masih dipertahankan sampai sekarang, hal ini dikarenakan, pihak pesantren tidak mahu menghilangkan tradisi ini, dan ingin melanjutkan tradisi yang dibawa oleh para guru-guru mereka terdahulu, dengan demikian setiap ada santri yang datang ke pondok pesantren Madinatul ‘Ilmi Nurul Ikhlas para pimpinan pesantren sangat menganjurkan melakukan kegitan ini. Perkembangan santri yang melakukan mamakiah adalah untuk mendorong orang agarmemberikan sadakah dan tidak meminta sadakah. Awalnya, santri mengucapkan basadakah lah Mak basadakah lah Pak bukan sadakah, Mak, sadakah Pak. Ungkapan pertama berarti, "Maukah Anda memberikan sadakah, ," sementara yang terakhir berarti, "Berikan saya sadakah, wahai ibu dan ayah." Ungkapan pertama pada dasarnya sesuai dengan ayat yang memerintahkan kita untuk mengambil sadakah dari muzakki (mereka yang berkewajiban memberi zakat). Mamakiah adalah alternatif terakhir untuk mengatasi masalah ekonomi di kalangan santri. Santri memiliki keinginan yang kuat untuk belajar ajaran agama Islam di pesantren, di sisi lain, mereka memiliki kendala keuangan untuk mangaji, baik dari segi uang untuk membeli kitab-kitab maupun biaya hidup selama mereka tinggal di pesantren. Para pimpinan pesantren mengakui bahwa pesantren berusaha meminimalkan aktivitas mamakiah dengan meminta santri untuk meminta izin terlebih dahulu kepada orang tuanya.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Subjects: D History General and Old World > D History (General)
Divisions: Fakultas Adab dan Humaniora > Sejarah dan Kebudayaan Islam
Depositing User: Users 12 not found.
Date Deposited: 18 Oct 2019 23:54
Last Modified: 18 Oct 2019 23:54
URI: http://repository.uinib.ac.id/id/eprint/6465

Actions (login required)

View Item View Item