MIME-Version: 1.0 Content-Type: multipart/related; boundary="----=_NextPart_01CA5BAE.7C041580" This document is a Single File Web Page, also known as a Web Archive file. If you are seeing this message, your browser or editor doesn't support Web Archive files. Please download a browser that supports Web Archive, such as Microsoft Internet Explorer. ------=_NextPart_01CA5BAE.7C041580 Content-Location: file:///C:/0E418CE9/hamidTESISBABI.htm Content-Transfer-Encoding: quoted-printable Content-Type: text/html; charset="us-ascii" PROPOSAL TESIS

BAB I<= /o:p>

PENDAHULUAN=

 

A.        &nbs= p;        Latar Belakang Masalah=

Sektor informal dipandang seb= agai sektor baru yang mampu mengatasi masalah pengangguran di negara-negara berkembang. Sektor ini dipandang sebagai “Katup Pengaman” bagi penyesuaian tenaga kerja, yang pindah dari sektor pertanian ke sektor indus= tri dan jasa. Sektor informal diakui sebagai bursa penyerap tenaga kerja yang t= idak tertampung di sektor formal. Sebagai jembatan penyelamat dalam menangani konsumen kelas menengah kebawah yang tidak dapat menjangkau sektor formal. Secara keseluruhan, sektor informal telah turut serta dalam menanggulangi masalah nasional yang besar, yakni pengangguran dan kemiskinan yang ada di perkotaan.[1]

Faktor penyebab tingginya daya serap tenaga kerja pada sektor informal adalah karena untuk memasukinya ham= pir tidak ada persyaratan atau kendala tertentu. Pertumbuhan lapangan kerja leb= ih rendah dari tingkat permintaan tenaga kerja, sehingga sektor informal hampir selalu dapat menampung tambahan tenaga kerja.[2]

Sektor informal ditandai oleh satuan usaha dalam jumlah yang banyak. Biasanya dimiliki, dikelola dan mema= kai tenaga kerja keluarga, upah dibayarkan tidak seperti sektor formal. Golongan tenaga kerja di sektor informal ini merupakan satuan usaha dilakukan tanpa peralatan modal yang memadai dibandingkan dengan sektor formal. Pendapatann= ya cukup untuk mempertahankan kehidupannya pada tingkat yang rendah.[3] Mereka yang tergolong = ke dalam kelompok ini adalah pedagang-pedagang dalam skala kecil seperti pedag= ang kaki lima, pedagang asongan, pedagang keliling dan lain-lain.

Sektor informal ini sangatlah penting kedudukannya bagi masyarakat khususnya masyarakat ekonomi lemah, sehingga sektor ini telah menjadi sumber tambahan pendapatan bagi mereka. U= ntuk itu diperlukan suatu kebijakan yang dapat mendukung keberlangsungan kegiatan usaha sektor informal ini, terutama sekali yang berkaitan dengan arus modal= .

Menurut Prawiro, sebagaimana = yang dikutip oleh Sarintan Efratani Damanik dalam Tesisnya yang berjudul “Analisis Sektor Informal di Pas= ar raya Padang” mengemukakan bahwa faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengembangan usaha kecil sektor informal ada dua kelompok yakn= i : (1) faktor internal, yang terdiri dari modal usaha, jumlah jam kerja, tingk= at pendidikan, usia dan pengalaman berdagang. (2) faktor eksternal.[4] Faktor eksternal ini terdiri dari kebijakan pemerintah, peranan lembaga kredit (lembaga keuangan mikro) yang memberikan pembiayaan dan lain sebagainya.

Peran faktor eksternal seperti lembaga pembiayaan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam mewujudkan pengusaha kecil menjadi pengusaha yang tangguh dan mandiri dalam mengembangkan usahanya. Disamping = itu juga mampu untuk menghadapi era globalisasi seperti yang terjadi pada saat reformasi sekarang ini, di mana pengusaha harus dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi, sehingga barang dan jasa yang dihasilkan memil= iki daya saing yang tinggi, selaras dengan perkembangan pembangunan yang dinami= s.

Peranan lembaga kredit (lemba= ga keuangan mikro) dalam rangka pengembangan sektor informal tidak hanya berfu= ngsi sebagai penyedia modal usaha, akan tetapi juga berfungsi sebagai lembaga pemberdayaan dan pembinaan. Karena keterbatasan yang dimiliki oleh para pek= erja sektor informal baik dari segi permodalan, pendidikan, keterampilan berdaga= ng, sehingga mereka sangat membutuhkan pemberdayaan dan pembinaan demi kelangsu= ngan dan pengembangan usaha mereka.

Telah ditegaskan dalam Undang-Undang No. 9/1995 tentang Usaha Kecil bahwa pemberdayaan usaha kecil dilaksanakan oleh Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Dengan pemberdayaan usaha kecil diharapkan usaha kecil menjadi tangguh, mandiri dan juga dapat berkembang menjadi usaha menengah. Untuk itu perlu adanya pembinaan secara intensif dan yang mengarah kepada pembinaan secara individual berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh usaha kecil y= ang bersangkutan.

Oleh karena itu agar peluang yang ada dapat di manfaatkan, maka pembinaan pada p= engusaha kecil intinya di arahkan pada peningkatan kemampuan pengusaha kecil agar da= pat melakukan fungsi dan peranannya. Hal ini dapat di wujudkan melalui lembaga pembiayaan atau lembaga kredit mikro yang bersentuhan langsung dengan usaha kecil.

Sistem pembiayaan yang ideal adalah apabila terjadi hubungan timbal balik antara pemberi pembiayaan deng= an penerima pembiayaan secara mutual. Pihak pemberi merasakan pentingnya menja= lin hubungan baik dengan para anggota atau nasabahnya, sementara pihak penerima juga merasakan kemanfaatan yang besar karena pelayanannya sehingga tumbuh r= asa tanggung jawab diantara masing-masing pihak. Hubungan baik ini harus dibang= un di atas rasa saling mempercayai. Dalam kerangka tersebut, keduanya akan mengikatkan diri dalam sebuah kerja sama ekonomi untuk mencapai tujuan bers= ama.[5]

Disamping itu lembaga pelayan= an pembiayaan yang ideal harus mencerminkan prinsip sosial dan prinsip ekonomi.[6] Prinsip sosial ditunju= kkan dengan adanya kepedulian  lemb= aga tersebut dengan masyarakat dilingkungan sekitarnya. Anggota atau nasabahnya bukan sasaran penghisapan keuntungan melainkan adalah merupakan bagian organisasi yang harus diberdayakan. Sedangkan prinsip ekonomi mencerminkan bahwa lembaga tersebut mampu mengelola usahanya secara efektif dan efisien.=

Kehadiran BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) sebagai pendatang baru dalam dunia pemberdayaan dan pembinaan masyarakat melalui sistem simpan pinjam syari'ah dimaksudkan untuk menjadi alternatif yang lebih inovatif dalam jasa keuangan syari’ah. BMT seba= gai lembaga keuangan mikro syari'ah diharapkan mampu memberdayakan masyarakat ekonomi lemah sehingga mereka bisa terbebas dari jurang kemiskinan. BMT diharapkan mampu memfasilitasi pedagang kecil yang terjebak dengan rentenir dalam persoalan modal usaha. Melalui lembaga ini pedagang kecil di dorong u= ntuk menjadi anggota ataupun sebagai nasabahnya yang akan mendapatkan pembiayaan= dan pembinaan.

Khusus untuk Pasar Raya Padang saat ini telah terdapat sebuah BMT yang bernama BMT Taqwa Muhammadiyah Padang ya= ng telah berdiri sejak tanggal 9 September 1996 berdasarkan UU No. 25 Tahun 19= 92 Tentang Koperasi. Pendirian BMT Taqwa Muhammadiyah ini sebagai lembaga keua= ngan mikro syari'ah merupakan misi Perserikatan Muhammadiyah sebagai gerakan amar ma’ruf nahi mungkar. Organisasi ini ingin menciptakan praktek perekonomian yang sesuai dengan nafas Islam dan terjauh dari segala unsur r= iba serta penindasan. Tujuan utama dari lembaga ini adalah untuk berpartisipasi dalam mengembangkan potensi ekonomi umat.[7]

BMT Taqwa Muhammdiyyah merupakan s= alah satu lembaga keuangan mikro syari’ah yang berhasil dalam usahanya. BMT ini terbilang mampu menarik nasabah untuk bergabung sebagai anggota dan men= jadi mitra usahanya. Nasabah yang bergabung sebagai anggota dan menjadi binaannya adalah para pedagang kecil sektor informal yang ada di Pasar Raya Padang. <= /p>

Izin operasional dari BMT ini adal= ah berdasarkan SK dari Dinas Koperasi No. 33/ BH/ DK.310/ IV-1999. Pendukung d= ana dari BMT Taqwa ini adalah berasal dari :

1.      INKOPSYAH (Induk Koperasi Syari’ah) Jakarta

2.      PT. Permodalan Nasional Madani (PNM)

3.      Departemen Koperasi

4.      Muhammadiyah Sumbar[8]

Modal awal pendirian BMT Taqwa ini adalah sebesar Rp 6.250.000,-. Nasabah dari BMT Taqwa ini adalah para pedag= ang kecil sektor informal yang beraktifitas di Pasar Raya Padang. Sampai saat i= ni jumlah pembiayaan yang telah dikucurkan oleh BMT Taqwa kepada nasabah pedag= ang kecil sektor informal sebanyak Rp. 3.113.750.000,-. Dengan hasil yang dicap= ai adalah positif. Hal ini terlihat pada meningkatnya aset BMT Taqwa itu sendi= ri.[9] Nasabah per Desember 2= 007 berjumlah sebanyak 3.068 orang, baik yang menabung maupun yang menerima pembiayaan.[10]

Tabel 1.1.&nb= sp; : Jumlah Nasabah dalam tiga Tahun Terakhir

 

No

Tahun

Nasabah Pembiayaan=

Nasabah Tabungan <= /b>

1.

2.

3.

2005

2006

2007

212 orang

235 orang

310 orang

1.189 orang

1.893 orang

2.758 orang

    Sumber : Data Bas= e BMT Taqwa Muhammadiyah

Operasional BMT Taqwa Muhammadiyah= ini sehari-hari dijalankan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) sebanyak 5 orang. Mer= eka ini terdiri dari : Manajer Utama, Manajer Keuangan & Adm, Manajer Marketing, Account Officer dan Teller (Lampiran 1). BMT Taqwa Muhammadiyah berhasil mengembangkan usaha dengan hanya mengandalkan tenaga SDM yang ada.=

Secara umum dapat dikatakan bahwa = BMT Taqwa telah melakukan upaya-upaya untuk mengembangkan ekonomi pedagang kecil sektor informal di Pasar Raya Padang selaku nasabahnya dengan tenaga SDM ya= ng ada. Hal ini berdasarkan kepada masa berdirinya (yang telah mencapai ± 10 tahun) dan besarnya dana yang telah dikelola untuk memfasilitasi kesulitan modal nasabahnya. Sejak awal berdiri sampai sekarang nasabah yang menggunak= an jasa keuangan BMT Taqwa Muhammadiyah meningkat dari tahun ke tahun.

Keberhasilan yang dicapai BMT Taqwa Muhammadiyah sebagai lembaga pemberdayaan, pengembangan dan pembinaan usaha kecil sektor informal di Pasar Raya Padang dengan jumlah tenaga SDM yang ada merupakan suatu pencapaian yang sangat baik. Hal ini akan menggiring penuli= s untuk menelusuri berbagai macam faktor yang mempengaruhi meningkatnya jumlah nasa= bah dari tahun ketahun serta dampak yang dirasakan oleh nasabah itu sendiri.  Untuk menelitinya lebih jauh, maka penulis tertarik menjelaskan dan membahasnya dalam bentuk tesis yang berjud= ul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Taqwa Muhammadi= yah dalam Rangka Pengembangan Usaha Pedagang Kecil Sektor Informal di Pasar Ray= a Padang.

 

B.        &nbs= p;        Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapatlah dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :=

  1. = Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi meningkatnya jumlah nasabah BMT Taqwa Muhammadiyah dari tahun ke tahun?
  2. = Bagaimana bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan oleh BMT Taqwa dalam rangka pengembangan usaha para nasabahnya?
  3. = Apa dampak pelayanan BMT Taqwa Muhammadiyah terhadap peningkatan usaha para nasabah yang bergabung ke BMT Taqwa Muhammdiyah?

Agar tidak terjadi kerancuan dan meluasnya kajian dalam pembahasan ini, maka penulis membatasi permasalahann= ya dalam rentang waktu penelitian dari tahun 2005 sampai 2007 serta dalam ruang lingkup upaya-upaya yang dilakukan oleh BMT Taqwa Muhammadiyah dalam rangka meningkatkan jumlah nasabah sekaligus dalam pengembangan usaha nasabahnya i= tu sendiri.

 

C.        &nbs= p;        Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah<= /p>

  1. = Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya jumlah nasabah BMT Taqwa Muhammadiyah dari tahun ke tahun.
  2. = Untuk menjelaskan bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan oleh BMT Taqwa dala= m rangka pengembangan usaha para nasabahnya di Pasar Raya Padang.
  3. = Untuk menjelaskan dampak yang dirasakan oleh nasabah BMT Taqwa Muhammadiyah mendapatkan pembiayaan dan pembinaan dari BMT. Dengan demikian dapat diketahui apakah keberadaan BMT Taqwa telah mencapai sasaran ataukah tidak.

Sedangkan kegunaan dari penelitian= ini adalah :

  1. = Untuk melihat kinerja dari BMT Taqwa sebagai lembaga keuangan mikro syari'ah dalam rangka pemberdayaan dan pengembangan usaha pedagang kecil sektor informal di Pasar Raya Pa= dang.
  2. = Untuk memenuhi persyaratan dalam rangka memperoleh gelar Magister Agama di Program Pasca Sarjana IAIN “IB” Padang.
  3. = Sebagai bahan evaluasi bagi manajamen dan perkembangan BMT ke depan.
  4. = Sebagai bahan studi bagi peneliti lain yang melakukan studi penelitian dalam sektor informal khususnya dan pada bidang usaha kecil umumnya,  sekaligus untuk memperkaya kh= azanah ilmu pengetahuan.

D.        &nbs= p;       Defenisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami judul penelitian ini, maka penulis merasa perlu untuk memberikan d= efenisi operasinal dan maksud dari judul penelitian ini.

Baitul Maal Wa= Tamwil (BMT) : Terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul Maal dan Baitul Tamwi= l. Baitut Maal lebih mengarah kepada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran da= na non profit, seperti zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan Baitul Tamwil seba= gai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut menja= di bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syari’ah.[11]

Pengemban= gan : Pembangunan secara bertahap dan teratur, yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki; pengembangan di tandai oleh meningkatnya pertambahan hasil yang semakin lama semakin besar.[12]

Pedagang =     : Saudagar, orang yang berdagang.[13] Pedagang kecil adalah saudagar atau orang yang berdagang dalam skala kecil.=

Sektor         =  : Lingkungan sesuatu usaha.[14] Informal adalah Tidak resmi.[15] Jadi

        =             &nb= sp;  sektor informal adalah lingkungan usaha yang tidak resmi

Berdasarkan uraian diatas maka yang penulis maksud dengan judul penelitian ini adalah Faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya jumlah nasabah BMT Taqwa Muhammadiyah sebagai lem= baga keuangan profit dan non profit dalam rangka meningkatkan usaha pedagang ska= la kecil dalam lingkungan usaha yang tidak resmi, yang di tandai dengan pertambahan hasil yang semakin lama semakin meningkat.

 

E.        &nbs= p;        Kajian Kepustakaan

Penelitian yang pernah dilakukan terhadap BMT sepanjang yang penulis temukan adalah sebagai berikut :

Penelitian tesis yang dilakukan ol= eh Husni tahun 2005 dengan judul Perkembangan Baitul Maal pada periode awal dan aktualisasinya saat ini. Disini dia mengungkapkan tentang keberadaan Baitul Maal sejak awal Islam sampai sekarang dan aktualisasi atau penerapannya dal= am perekonomian saat ini.

Muhammad Ridwan dalam bukunya yang berjudul Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil tahun 2004 mencoba memberikan penjelasan dan pemaparan tentang kedudukan BMT sebagai sebuah lembaga keuan= gan non bank yang berprinsip syari'ah dan bagaimana tata cara pengelolaan dari = BMT itu sendiri agar berfungsi dengan baik.

Begitu juga halnya dengan buku Heri Sudarsono yang berjudul Bank dan Lembaga Keuangan Syari'ah Deskripsi dan Ilustrasi terbit tahun 2004. Dalam buku ini dia memberikan penjelasan tenta= ng pengertian, kedudukan dan persoalan tang menjadi kendala dalam rangka pengembangan BMT = itu sendiri.

Hampir senada dengan itu buku yang dikarang oleh M. Sholahuddin, M. Si yang berjudul Lembaga Ekonomi Syariah, = juga memberikan penjelasan tentang kedudukan BMT sebagai lembaga keuangan mikro syari'ah secara umum.

Khusus mengenai penelitian ini leb= ih tertuju kepada bagaimana sistem manajemen yang diterapkan agar BMT dapat berkembang dengan baik. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus terhadap BMT Taqwa Muhammadiyah Padang. Hal ini di latar belakangi oleh sua= tu fakta bahwa BMT Taqwa Muhammadiyah termasuk salah satu BMT yang berkembang dibandingkan dari beberapa BMT yang ada di Sumatera Barat.  Hal ini ditunjukkan dengan jumlah nasabah yang meningkat dari tahun ke tahun.

Berdasarkan uraian diatas, maka fo= kus penelitian yang penulis lakukan adalah bagaimana sistem pembinaan yang dilakukan oleh BMT Taqwa Muhammadiyah dalam rangka meningkatkan jumlah nasa= bah sekaligus dalam pengembangan usaha nasabahnya itu sendiri, maka untuk itulah penelitian ini di pandang perlu untuk dilaksanakan.

 

F.        &nbs= p;         Metode Penelitian

1.        &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;      Jenis Penelitian

Penelitian ini ad= alah penelitian lapangan (Field Research). Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sosiologis dalam bentuk studi kasus. Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang penalaahannya kepada satu kasus, dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail dan komprehensif.[16] Hal ini sejalan dengan pendapat Geertz yang menyatakan bahwa tujuan dari penelitian kualitatif ada= lah menemukan makna yang mengacu kepada mencari pengetahuan kultural dalam fungsinya sebagai motor penggerak individu-individu dalam kehidupan sosial.= [17] Salah satu jenis penelitian kualitatif itu adalah penelitian studi kasus.

2.        &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;      Subyek Penelitian

Subyek penelitian= ini adalah BMT Taqwa Muhammadiyah yang terletak di Jl. Bundo Kanduang No. 1 Mas= jid Taqwa Muhammadiyah Lantai 1 dan Pedagang Kecil Sektor Informal yang menjadi nasabah BMT Taqwa Muhammadiyah. Pemilihan subyek penelitian ini adalah kare= na mengingat semakin meningkatnya jumlah pedagang kecil sektor informal yang bergabung menjadi nasabah BMT Taqwa Muhammadiyah. Disamping itu juga akan memudahkan bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini karena peneliti sen= diri berdomisili di Kota Padang.

Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian ini, maka perlu ditentukan :

a.       Populasi

Populasi pedagang kecil sektor informal dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang kecil sektor informal= di Pasar Raya Padang yang menerima pembiayaan dari BMT Taqwa Muhammadiyah. Unt= uk tahun 2007 nasabah yang menerima pembiayaan sebanyak 310 orang.[18]

b.      Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi. Pemilihan responden yang ditetapkan sebagai sampel dalam peneliti= an ini menggunakan teknik purposif sam= pling non probability. Melalui teknik ini pemilihan dan penetapan sampel ditentukan dengan segaja. Untuk memenuhi tingkat keterwakilan penelitian in= i, Nasabah yang dijadikan sampel penelitian ini terdiri dari :

-         Nasabah yang menerima pembiayaan besar, yaitu Rp. 50.000.000,- s/d Rp. 10.000.000,- sebanyak 20 orang.

-         Nasabah yang menerima pembiayaan menengah, y= aitu Rp. 10.000.000,- s/d Rp. 1.000.000,- sebanyak 20 orang.

-         Nasabah yang menerima pembiayaan kecil, yaitu Rp. 300.000,- s/d Rp. 1.000.000,- sebanyak 20 orang.

Tabel 1. 2. Jumlah Sam= pel Nasabah BMT Taqwa Muhammadiyah  Penerima Pembiayaan 

No=

Nasabah

Jenis Dagangan

Jumlah Pembiayaan (Rp)

Klasifikasi

1

Bapak Edi=

P dan D

Rp. 50.000.000,-=

Nasabah penerima pembiayaan antara Rp. 50.000.000,- s/d Rp. 10.000.000,-

2

Ibu Anita

Pakaian jadi

Rp. 10.000.000,-=

3

Bapak Syarif

P dan D <= /p>

Rp. 10.000.000,-=

4

Ibu Ratni

Tepung

Rp. 10.000.000,-=

5

Ibu Santi

Kopi

Rp. 15.000.000,-=

6

Darmi Darwis

Kopi

Rp. 20.000.000,-=

7

Ali

Ikan kering

Rp. 30.000.000,-=

8

Hamdi

Pakaian jadi

Rp. 30.000.000,-=

9

Rosna

Nasi ampera

Rp. 10.000.000,-=

10

Haryono <= /p>

Rempah

Rp. 10.000.000,-=

11

Djamaluddin

Pakaian jadi

Rp. 15.000.000,-=

12

Suarti

Tepung

Rp. 10.000.000,-=

13

Rusmanto =

Daging

Rp. 10.000.000,-=

14

Kartolo <= /p>

Daging

Rp. 15.000.000,-=

15

Haryono <= /p>

Daging

Rp. 10.000.000,-=

16

Suardi

Pakaian jadi

Rp. 20.000.000,-=

17

Dahlena <= /p>

Pakaian jadi

Rp. 30.000.000,-=

18

Abdul madjid

Pecah belah

Rp. 15.000.000,-=

19

Masrizal H.

Pecah belah

Rp. 15.000.000,-=

20

Dayat

Ikan kering

Rp. 10.000.000,-=

21

Ibu Dahmiar

Nasi ampera

Rp. 8.000.000,-<= /span>

Nasabah penerima pembiayaan antara Rp. 9.000.000,- s/d Rp. 1.000.00= 0,-

22

Awaluddin

Rempah

Rp. 5.000.000,-<= /span>

23

Nasaruddin

Cabe

Rp. 5.000.000,-<= /span>

24

Edirman <= /p>

P dan D <= /p>

Rp. 7.000.000,-<= /span>

25

Syamsinar

Minuman <= /p>

Rp. 4.000.000,-<= /span>

26

Syafril <= /p>

Ikan kering

Rp. 5.000.000,-<= /span>

27

Syamsir alam

Bengkel jam

Rp. 1.500.000,-<= /span>

28

Hendri

Bengkel jam

Rp. 1.000.000,-<= /span>

29

Ernawati =

Bunga

Rp. 3.000.000,-<= /span>

30

Emi

Buah

Rp. 5.000.000,-<= /span>

31

Hartono <= /p>

Daging

Rp. 6.000.000,-<= /span>

32

Musthafa =

Rempah

Rp. 7.000.000,-<= /span>

33

Dodi

Cabe

Rp. 5.000.000,-<= /span>

34

Rosmiati =

Minuman <= /p>

Rp. 5.000.000,-<= /span>

35

Sarjono <= /p>

Daging

Rp. 3.000.000,-<= /span>

36

Robbi

Buah

Rp. 1.000.000,-<= /span>

37

Masril

P dan D <= /p>

Rp. 3.000.000,-<= /span>

38

Ali nursal

Bumbu

Rp. 2.000.000,-<= /span>

39

Musa

Rempah

Rp. 3.000.000,-<= /span>

40

Nazar ishak

Beras

Rp. 5.000.000,-<= /span>

41

Salmijo <= /p>

Bengkel jam 

Rp. 300.000,-

Nasabah penerima pembiayaan antara Rp. 900.000,- s/d Rp. 300.000,-<= span style=3D'mso-fareast-language:JA'>

42

Rabi’ah

Bingkuang

Rp. 750.000,-

43

Kartini <= /p>

Bingkuang

Rp. 750.000,-

44

Ratna

Buah

Rp. 800.000,-

45

Ismail

Buah

Rp. 750.000,-

46

Sarjoni <= /p>

Buah

Rp. 750.000,-

47

Edwin

Ikatpinggang

Rp. 800.000,-

48

Zulfikar =

Peci

Rp. 750.000,-

49

Oktavianus

Makanan <= /p>

Rp. 900.000,-

50

Surtini <= /p>

Kelontong

Rp. 750.000,-

51

Ernayeti =

Kelontong

Rp. 750.000,-

52

Amrizal <= /p>

Peci

Rp. 800.000,-

53

Hendri

Buah

Rp. 500.000,-

54

Jhoni

Bengkel jam

Rp. 400.000,-

55

Abasri

Ikan basah

Rp. 500.000,-

56

Marjono <= /p>

Kelontong

Rp. 750.000,-

57

Rabi’ah

Sayur

Rp. 500.000,-

58

Safrida <= /p>

Bingkuang

Rp. 300.000,-

59

Dayat

Stempel <= /p>

Rp. 500.000,-

60

Jhon irfan

Kelontong

Rp. 750.000,-

Sumber : Database BMT Taqwa Muhammadiyah tahun 2007 <= /p>

 

3.&n= bsp;     Instrumen Penelitian

Instrumen utama penelitian ini adalah diri penulis sendiri. Artinya penulis merupakan alat = pengumpul data yang secara utuh ikut aktif dalam latar penelitian. Hal ini sejalan de= ngan pendapat yang dikemukakan oleh Moloeng, bahwa instrumen dalam penelitian kualitatif banyak bergantung pada peneliti sendiri sebagai alat pengumpul d= ata.[19]

4.        &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;      Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a.        &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;       Data primer

Data primer ini bersumber dari para responden yang diperoleh dari lapangan, baik dari pihak BMT Taqwa Muhammadiyah sendiri maupun dari para pedagang kecil sektor informal di Pas= ar Raya Padang yang menerima pembiayaan dari BMT Taqwa. Data ini berbentuk data mentah yang belum diolah.

b.        &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;      Data sekunder

Data ini merupakan data tamba= han dan penunjang bagi data primer. Data ini terdiri dari produk perundang-­= ;undangan yang berkaitan dengan pokok pembahasan, buku-buku, jurnal, artikel serta makalah yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

c.        &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;       Data tersier

Yaitu bahan yang diperoleh da= ri kamus ilmiah, ensiklopedi, dan lain-lain.

5.        &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;      Alat Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini, maka data-data yang dibutuhkan dikumpulkan dengan jalan :

a.       Wawancara

Wawancara terdiri dari dua ba= gian : (1) wawancara langsung, dan (2) kuisioner. Dalam wawancara, alat pengumpul datanya disebut pedoman wawancara.[20]

Wawancara ini dilakukan terha= dap responden yang terdiri dari Sumber Daya Insani BMT Taqwa Muhammadiyah Padan= g, baik sebagai manajerial maupun sebagai staff dan pedagang kecil sektor info= rmal di Pasar Raya Padang sebagai nasabah yang menerima pembiayaan dari BMT Taqwa Muhammadiyah. Jumlah nasabah yang dijadikan sebagai responden dalam penelit= ian ini berjumlah sebanyak 60 orang, yaitu 20 % dari total populasi nasabah pembiayaan 310 orang. Mereka ini masing-masing terdiri dari nasabah yang menerima pembiayaan besar, menengah dan kecil. Data dikumpulkan dengan menggunakan alat pengumpul data berupa wawancara langsung dan instrumen kuisioner.

Pengisian kuesioner diisi oleh responden. Sebelum pengisian kuesioner, terlebih dahulu dijelaskan kepada responden  maksud dilakukannya penelitian ini. Bahwa data yang diberikan tidak ada hubungannya dengan poli= tik, pajak,pungutan-pungutan dan sebagainya. Hanya semata-semata untuk menggali = ilmu pengetahuan dan kegiatan ilmiah. &nbs= p;

b.      Dokumentasi

Menginventarisasi dokumen-dok= umen penting yang berkaitan dengan penelitian ini.

c.       Membaca dan menganalisa buku-buku, jumal-jum= al, artikel, makalah yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini.

6.        &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;      Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti disarankan oleh data.[21] Data mentah yang tela= h di kumpulkan kemudian diolah dengan mengelompokkan data tersebut sesuai dengan kategorinya masing-masing. Setelah data mentah diolah, kemudian dilanjutkan dengan proses analisis data.  =

7.        &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;      Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan, kemudian data tersebut dikelompokkan sesuai dengan kategorinya masing-masing, maka data tersebut dianalisis secara kualitatif dengan metode berfikir deduktif, induktif dan komparatif. Setelah itu baru dapat ditarik sebuah kesimpulan.

a.        &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;       Data yang diperoleh dari buku-buku sumber ya= ng bersifat tekstual dianalisis dengan cara berfikir induktif.

b.        &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;      Data yang didapatkan dari lapangan yang bers= ifat kontekstual yang khusus (parsial) diolah dengan cara berfikir deduktif.

c.        &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;            &= nbsp;           &nbs= p;       Data-data yang saling bertentangan dianalisis dengan cara berfikir komparatif untuk menemukan satu kesatuan fikiran sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan.



[1] Chandrakirana dan Sado= ko, Dinamika Ekonomi Sektor Informal di Jakarta : Industri daur Ulang, Angkutan Becak, d= an Pedagang Kaki Lima<= /st1:place>, (Jakarta : UI Press, 1994), h. 15

[2] Manning, Criss dan Noer Effendi, Migrasi, Pengangguran dan Sektor Informal di Kota PKK-UGM, (Jakarta : Gramedia Pratama, 1991), h. 10

[3] Djojohadikusumo, Pe= rkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, (Jakarta : Pustaka LP3ES, 1994), h. 30

[4] Sarintan Efratani Dama= nik, Tesis “Analisis Sektor Inform= al di Pasar Raya Padang”, (Padang : Pasca Sarjana Unand, 2006), h. 3<= span style=3D'mso-spacerun:yes'> 

[5] Muhammad Ridwan, Ma= najemen Baitul Maal Wa Tamwil, (Yokyakarta : UII Press, 2004), h. 28

[6] Gunawan Sumodiningrat,= Membangun Perekonomian Rakyat, (Yokyakarta : Pustaka Pelajar, 1998),h. 100

[7] AD/ ART BMT Taqwa Muhammadiyah

[8] Ibid,

[9] Wawancara dengan Bapak Ismail Darga (Account Officer) = BMT Taqwa Muhammadiyah pada Tanggal 11 September 2007)

[10] Batabase BMT Taqwa Muhammadiyah, di dapatkan Tanggal 14 Januari 2008 

[11] Heri Sudarsono, Ba= nk dan Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yokyakart= a : Ekonisia, 2004), h. 96

[12] Panitia Istilah Managemen, Kamus Istilah Managemen, (Yokyakarta : balai Aksara, 1983= ), h. 123

[13] M. Andre dan F.V.Bhaskarra, Kamus Bahasa Indonesia Millenium, (Surabaya : Karina, 2002), h. 426=

[14] Ibid, h. 517

[15] Ibid, h. 226

[16] Sanapiah Faisal, F= ormat-Format Penelitian Sosial, (Jakart= a : PT Raja Grafindo Persada, 2001), h. 22

[17] Clifford Greertz, = Local Knowledge: Futher Essays In Antrohistorical Method, (New York : Basic Books, 1993), h. 298

[18] Data Base BMT Taqwa Muhammdiyah 2007 

[19] Lexy J. Moloeng, M= etodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1995), h. 19

[20] Sanapiah Faisal, o= p. cit, h. 52

[21] Lexy J. Moloeng, o= p. cit, h. 103

------=_NextPart_01CA5BAE.7C041580 Content-Location: file:///C:/0E418CE9/hamidTESISBABI_files/header.htm Content-Transfer-Encoding: quoted-printable Content-Type: text/html; charset="us-ascii"





PAGE=  

 

17

 

------=_NextPart_01CA5BAE.7C041580 Content-Location: file:///C:/0E418CE9/hamidTESISBABI_files/filelist.xml Content-Transfer-Encoding: quoted-printable Content-Type: text/xml; charset="utf-8" ------=_NextPart_01CA5BAE.7C041580--