ETIKA PENGEMIS DALAM TAFSIR AL MISBAH DAN TAFSIR AL AZHAR

Mulyani, Fia (2022) ETIKA PENGEMIS DALAM TAFSIR AL MISBAH DAN TAFSIR AL AZHAR. Skripsi thesis, Universitas UIN Imam Bonjol Padang.

[img] Text
FIA MULYANI-1715050036-BAB I - Fia Mulyani.pdf

Download (379kB)
[img] Text
FIA MULYANI-1715050036-BAB II - Fia Mulyani.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (393kB)
[img] Text
FIA MULYANI-1715050036-BAB III - Fia Mulyani.pdf

Download (282kB)
[img] Text
FIA MULYANI-1715050036-BAB IV - Fia Mulyani.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (450kB)
[img] Text
FIA MULYANI-1715050036-BAB V - Fia Mulyani.pdf

Download (204kB)
[img] Text
FIA MULYANI-1715050036-FULLTEXT - Fia Mulyani.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (2MB)
[img] Text
FIA MULYANI-1715050036- COVER - Fia Mulyani.pdf

Download (889kB)

Abstract

Penelitian ini bercorak kepustakaan (library research), dan jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan metode pendekatan Tafsir Muqaran. Sumber utama dalam penelitian ini adalah Tafsir Al Misbah dan Tafsir Al Azhar dan sumber sekundernya berupa sejumlah buku-buku, jurnal-jurnal dan hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Quraish Shihab memberikan penjelasan mengenai perilaku meminta-minta yang dilakukan ketika orang ini benar-benar membutuhkan. Etika bagi seorang pemberi bahwa memperhatikan orang yang benar-benar butuh, serta tidak menolak permintaan seorang yang datang meminta. Buya Hamka memberikan penafsiran bagi seorang peminta tidak meminta kecuali dalam keadaan terdesak, dan tidak mendesak orang lain, serta menjaga serta menahan diri dari perilaku meminta-minta. Bagi seorang pemberi tidak mengecewakan seorang yang datang meminta, melihat orang tersebut butuh atau tidak, serta tidak menunjukkan keangkuhan apalagi sampai menghardik. Persamaannya Quraish Shihab dan Buya Hamka sama-sama memberikan penafsiran ada etika seorang peminta dan etika seorang pemberi. Perbedaannya Quraish Shihab menafsirkan bahwa tindakan menghardik dibenarkan untuk seorang peminta apabila ia masih sanggup untuk bekerja serta tidak mau mendengarkan nasehat. Hamka memberikan penafsiran bahwa tidak boleh bersifat angkuh apalagi menghardik tanpa memberikan penjelasan secara detail mengenai larangan menghardik ini. Korelasinya dalam kehidupan dapat dilihat dari persoalan memintaminta yang banyak dijumpai di tempat-tempat keramaian seperti di pasar terdapat orang meminta-minta dari anak-anak sampai yang sudah lanjut usia. Hal ini dikarenakan kondisi orang yang meminta-minta ini dari segi fisik ia mampu untuk bekerja atau memang sudah tidak bisa lagi untuk bekerja sehari-hari. Disinilah harus ada perhatian bagi yang mampu sebagai orang yang diminta agar dapat memahami dan melihat bahwa yang patut untuk diberikan bantuan atau tidak

Item Type: Thesis (Skripsi)
Uncontrolled Keywords: TAFSIR AL MISBAH DAN TAFSIR AL AZHAR
Subjects: L Education > LA History of education
Divisions: Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama > Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Depositing User: Armen Arfat Pustakawan
Date Deposited: 28 Aug 2022 08:12
Last Modified: 28 Aug 2022 08:17
URI: http://repository.uinib.ac.id/id/eprint/10543

Actions (login required)

View Item View Item